Notification

×

Iklan

Iklan

iklan

Mengontrol emosi wanita Saat Kehamilan

Selasa, 26 April 2016 | 10:37 PM WIB Last Updated 2021-04-04T03:36:52Z
Mengontrol emosi wanita Saat Kehamilan
Selama hamil, Anda harus bisa mengelola emosi dengan baik. Karena jika tidak, dapat memacu hormon stres dan akan membahayakan kondisi Anda dan janin. 

Jika PMS (Pre Menstrual Syndrome) yang terjadi setiap sebelum wanita mendapatkan siklus menstruasi setiap bulan sudah bisa membuat emosi wanita berubah-ubah, apalagi ketika saat hamil? Apa yang bisa dilakukan untuk menjaga agar emosi si ibu tidak terlalu mencolok dan meledak-ledak?

Penelitian dari Spanyol itu memperkirakan, mood negatif mengganggu sirkuit otak. Ini menunjukkan, marah menimbulkan masalah pada tubuh sudah jelas terbukti. Ketika marah, detak jantung dan tekanan darah akan meningkat, begitu juga aliran darah ke otot, yang membuat tubuh siap lari atau berkelahi untuk menghadapi keadaan yang membuat pikiran tegang. Di saat bersamaan, ketika marah, level glukosa yang meningkat, memberikan otot energi untuk beraksi dan memompa kelenjar adrenal mengeluarkan hormon adrenalin. Hal ini menyebabkan pembesaran pada pupil untuk menajamkan pandangan, serta memperbesar kapasitas paru-paru untuk menghirup lebih banyak oksigen.

Julian Halcox dari Cardiff University bagian kardiologi mengatakan, "Bukti-bukti yang ada kurang konklusif, tetapi beberapa studi mengatakan, marah dan sikap negatif yang dipendam lama akan meningkatkan stres pada sistem kardiovaskuler." Memang, menurut Halcox, lebih baik untuk seseorang menyalurkan emosi negatifnya, namun bukan berarti marah setiap saat.

Bukan hanya jantung yang akan menerima akibat dari kebiasaan sering marah. Peneliti di University of Miami yang meneliti 61 lelaki dengan kanker prostat untuk menyelidiki sel-sel pelawan kanker akan terpengaruh pada kebiasaan seseorang menahan atau mengeluarkan rasa marahnya. Didapati, lelaki yang menyuarakan perasaan mereka memiliki sel-sel pelawan kanker lebih baik.

Tambahan lagi, ketika merasa marah, risiko terkena stroke juga meningkat karena aktivitas elektris jantung kusut dan menyebabkan degup jantung tidak beraturan. Ini mengakibatkan darah menggumpal dan menjadi pekat. Jika ada fragmen penggumpalan darah terlepas dan masuk ke saluran otak, itu bisa mengakibatkan stroke.

Marah dan emosi negatif juga bisa membahayakan kesehatan paru-paru. Menurut penelitian di Harvard University, hormon stres bisa mengakibatkan peradangan di saluran pernapasan.

Selain itu, Profesor John Oxford, virolog di Queen Mary's School of Medicine di London mengatakan, "Ada bukti, stres menurunkan daya tahan tubuh dan akan ada selalu virus yang mencoba mencari keuntungan." Teorinya, makin tinggi hormon stres, seperti kortisol, akan memengaruhi kemampuan tubuh melawan penyakit. Artinya, bagi yang terluka, kecepatan tubuh untuk membaik akan melambat.

Salah satu penyebab emosi berlebihan wanita hamil adalah masalh seksual. Dapat dipahami bahwa gairah seksual wanita hamil sedang tinggi-tingginya akibat perubahan hormon. Sebenarnya, memang sebagian besar wanita yang hamil memiliki gairah seksual lebih tinggi daripada wanita yang tidak hamil.

Ditambah dengan kondisi pada tahap kehamilan, hal ini membuat hubungan seks justru kurang bisa dinikmati dan terjadi sampai setelah melahirkan. Biasanya beberapa laki-laki sering merasa kasihan kepada istrinya ketika hamil. Alasannya karena nggak tega melihat istri yang sudah repot dengan kehamilan dan mengurus rumah tangga kok suami masih egois meminta hubungan seksual.

Perubahan hormonal itu tidak hanya berkontribusi pada kemarahan yang tak terduga, tetapi juga bertanggung jawab terhadap perubahan fisik seperti mual, kaki bengkak, kelelahan, sakit kepala, payudara melembut, insomnia, konstipasi, dan mulas.

Penelitian terhadap 9000 anak menunjukkan, kecemasan dan stres selama kehamilan akan berpengaruh pada emosi bayi. Saat besar, anak tersebut cenderung lebih cengeng dan cemas sehingga kerap menjadi sasaran perundungan (bullying) di sekolah.

"Saat ibu hamil merasakan stres, hormon-hormon tertentu akan dilepaskan dalam jumlah cukup besar dan masuk ke peredaran darah sehingga bayi juga mengembangkan sistem respon stres," kata Profesor Dieter Wolke, dari Universitas Warwick.

Ia menambahkan, perubahan dalam sistem respon stres akan berpengaruh pada perilaku dan cara anak merespon tekanan emosional. "Anak yang gampang menunjukkan reaksi stres, seperti menangis atau lari dari suatu masalah, cenderung dipilih sebagai sasaran perundungan," katanya.

Ada beberapa faktor stres yang berhasil diidentifikasi oleh Wolke, misalnya saja kesulitan keuangan, kecandungan alkohol atau rokok, serta kekerasan dalam rumah tangga.

Seluruh faktor itu pada akhirnya menjadi seperti lingkaran setan, anak yang gampang cemas rawan menjadi korban perundungan dan berpengaruh pada kondisi mental mereka di usia dewasa.

Penelitian lain yang dilakukan di Jerman juga menunjukkan stres yang dialami selama masa kehamilan akan berdampak jangka panjang. Reseptor hormon stres dalam tubuh akan menyebabkan perubahan biologi pada tubuh bayi. Hal ini menyebabkan anak kelak akan kesulitan mengendalikan stres. Mereka juga rentan mengalami gangguan jiwa.

Ibu hamil harus mampu mengontrol emosinya dengan baik. Jika ibu membiarkan emosinya meledak-ledak, marah, takut, sedih, atau bahkan terlalu gembira akan berpengaruh pada pertumbuhan psikis bayi karena ia ikut merasakan apa yang dirasakan ibunya.

Saat ibu marah, misal, jantung ibu akan berdetak lebih kencang, otot-otot berkontraksi, gerakan usus bergejolak, dan sebagainya. Bila kejadian ini sering muncul, kelak bayi akan mudah rewel, mudah was-was, bahkan mudah sekali menangis.

Sebenarnya, serangan amarah dari ibu hamil akan berdampak negatif untuk calon bayi serta mengakibatkan keguguran atau komplikasi. 

Yang mesti diwaspadakan bukanlah stresnya, tapi apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi stres tersebut. Apakah Anda akan melakukan hal-hal yang tak sehat untuk si bayi, misal, mengkonsumsi makanan tidak sehat, dan sebagainya. Supaya tidak membahayakan diri dan kehamilannya, berikut adalah strategi-strategi yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi rasa kegelisahan saat kehamilan:


Memahami bahwa apa yang Anda rasa adalah normal.
  • Percaya pada emosi dan tingkatkan kepercayaan pada diri sendir
  • Usahakan untuk terus berkomunikasi dengan pasangan.
  • Dapatkan dukungan dari teman, keluarga, dokter, atau komunitas lainnya.
  • Jangan mencoba menjadi pahlawan dalam hal apa pun. Cukup lakukan yang terbaik, dan selalu prioritaskan kesehatan Anda dan janin.
  • Perbanyak pengetahuan tentang apa yang terjadi pada tubuh Anda, dan persenjatai diri Anda dengan mengetahui kemungkinan apa yang akan terjadi di depan nanti.
  • kuti latihan-latihan relaksasi, seperti yoga dan meditasi.
  • Lepaskan tekanan dengan melakukan latihan yang aman tapi tetap enerjik, seperti berjalan, berenang, dan berdansa kecil.
  • Dengarkan lagu favorit atau membaca buku-buku inspiratif.
  • Jika memungkinkan, coba cari spa yang menawarkan pijatan khusus untuk ibu hamil.
  • Berendam dalam air hangat selama air ketuban belum pecah masih dianggap aman. Jika memungkinkan, cobalah untuk berendam dalam air hangat untuk melepaskan ketegangan.
  • Pelajari teknik relaksasi lewat buku atau dengan mengambil kelas-kelas khusus.
    Konsumsi makanan seimbang dan bernutrisi.
  • Simpan dan catat kegiatan-kegiatan harian di dalam buku harian.
  • Manjakan diri dengan makanan-makanan yang menyenangkan, seperti es krim atau cokelat berkualitas tinggi.
  • Jika Anda masih merasakan rasa sendu tak menentu selama kehamilan, ada baiknya Anda menemui dokter khusus untuk mendapatkan perawatan tepat.

Sumber Author: Berbagai Sumber
×
Berita Terbaru Update
close