Notification

×

Iklan

Iklan

iklan

Bersama Fiorentina, Roberto Baggio menimbulkan kekacauan masif di kota Firenze akibat transfernya ke Juventus.

Senin, 16 Mei 2016 | 10:10 AM WIB Last Updated 2021-04-04T03:36:21Z
Rivalitas antara Fiorentina dan Juventus sudah terjalin abadi sejak peristiwa "Meglio Secondi Che Ladri" (lebih baik menjadi peringkat kedua dibanding jadi pencuri) pada 1982.

Bersama Fiorentina, Roberto Baggio menimbulkan kekacauan masif di kota Firenze akibat transfernya ke Juventus.
Tifosi Fiorentina mengenang momen "pencurian Scudetto" itu dengan sangat dalam, hingga jadi dendam yang kekentalannya tak pudar oleh waktu. Sejak saat itu hingga detik ini, Juve selalu jadi musuh utama publik Firenze.

Karenanya tak heran jika selepas kejadian tersebut, ada banyak kisah mengerikan yang mengitari hubungan buruk tifosi Fiorentina dengan Juve.

Salah satu yang paling dikenang hadir tepat 26 tahun silam usai bintang pujaan Si Ungu, Roberto Baggio, memainkan laga terakhirnya bersama klub.
Bukan partai sembarangan, karena yang dilawan adalah Juve dan pertandingan tersebut merupakan duel leg kedua final Piala UEFA 1989/90.

Si Nyonya Tua yang punya modal kemenangan 3-1 pada leg pertama di Turin kemudian diuntungkan, bukan hanya karena skor agregat melainkan venue pertandingan untuk leg kedua.

Alih-alih dimainkan di Artemio Franchi, markas sejati Fiorentina, leg kedua diputuskan dipindah ke Stadio Partenio-Lombardi di Avellino. Panitia turnamen melakukan hal itu dengan dalih menghindari kerusuhan di Firenze, kalau-kalau Juve yang jadi juaranya.

Meski begitu, stadion tetap dipadati oleh 40 ribu penonton yang mayoritas tifosi Fiorentina. Sayang, Tim Bunga Lili gagal membalas atau menyamakan agregat karena duel berakhir imbang kacamata. Juve pun keluar sebagai kampiun Piala UEFA.


Publik Firenze tak pelak mencak-mencak dengan kekalahan tersebut, tak cuma karena itu adalah final Piala UEFA tapi juga karena mereka kalah dari tim yang paling dibenci, Juve.

Untungnya amarah itu tak sampai menimbulkan kekacauan berarti, sehingga polisi kota yang dibelah sungai Arno tersebut bisa tenang,

Namun siapa yang menyangka bila kekacauan sesungguhnya baru meledak tiga hari berselang. Salah satu transfer terbesar dan 'tergila' sepanjang sejarah disepakati manajemen Fiorentina, dengan menjual pujaan kotanya, Baggio, ke Juve! Ya, hanya tiga hari setelah final.

Nilai transfernya tergolong fantastis kala itu, yakni sebesar €10 juta. Angka yang menjadikan Baggio sebagai pesepakbola dengan banderol termahal dunia.

Protes besar-besaran lantas dilakukan ribuan suporter Il Gigliati di jalanan kota Firenze pasca kepindahan Il Divin Codino, ke rival terbesar. Lemparan batu, perusakan fasilitas kota juga stadion, hingga peledakan bom molotov jadi warna suram kota Firenze kala itu. Setidaknya 50 orang terluka akibat aksi tersebut.
Setelah insiden mereda, Baggio kemudian menegaskan dirinya bukan orang yang menentukan transfer ini. "Anda semua harus tahu, saya dipaksa menerima transfer ini," tuturnya.

Baggio lantas tampil fantastis bersama Juve, tapi hanya berselang setahun pasca kedatangannya, pemain spesialis nomor 10 itu jadi tak populer di mata Juventini.

Dalam duel menghadapi Fiorentina di Artemio Franchi pada 7 April 1991, Baggio enggan jadi eksekutor hadiah penalti yang dihadiahkan untuk I Bianconeri.

Gigi De Agostini yang kemudian mengambil eksekusi gagal memanfaatkannya. Seketika Baggio ditarik keluar sang pelatih, Luigi Maifredi. Ia lalu memasuki ruang ganti dengan mengenakan syal berawarna ungu, pemberian tifosi La Viola yang berada di tribun.

"Gianmatteo Mareggini [kiper Fiorentina] adalah orang yang paling tahu teknik penalti saya. Lagi pula jauh di lubuk hati saya, selalu berawarna ungu," papar Baggio selepas laga, yang kontan membuat Juventini gantian meradang.Doc goal
×
Berita Terbaru Update
close